Thursday, December 12, 2013

Lagi, tentang kesulitan

Tolong, jangan buat aku kesulitan dalam berdamai dengan kenangan.

Aku sudah lelah berlari dari hal tentang kamu, yang terus mengusik dalam setiap sepi.

Kamu pun pasti pernah bukan, dan mungkin sangat paham bagai mana rasanya di hantui kenangan.

Terutama jika diri benar-benar sendiri, kemudin perlahan kenangan-kenangan yang membuat penyesalan begitu pintar menempatkan diri di tengah-tengah diri.

Perlahan juga, mata memgeluarkan butir-butir bening air yang membentuk anak sungai di tepi pipi.

Sekali lagi, tolong tuan . . .
Jangan baut aku merasa kesulitan ! !

Untuk menempatkan semua kesesalan pada tempatnya, dan untuk menempatkan segala tentang mu pada tempat yang seharuanya.

Kesulitan

Sebenarnya banyak cerita yang ingin ku tuangkan dalam tulisan.

Namun hingga saat ini aku masih kesulitan untuk mencari kata demi kata yang tepat untuk menjadi sebuah paragraf.

Tepatnya bukan kesulitan, tapi karena terlalu banyak kata yang menggantung di dalam kepala.

Hingga aku di buat bingun sendiri oleh diri sendiri.

Monday, December 9, 2013

Selamat Ulang Tahun, Kamu

Aku tahu,
kamu tak akan mungkin membaca ini.

Dengan segala daya dan upayaku, aku juga tak akan mungkin mampu membuatmu membaca tulisan aneh ini.

Jelas saja aneh, Tulisan ini dibuat oleh seorang wanita yang bahkan tak benar-benar mengenalmu.

Barisan paragraf ini diutarakan oleh seorang perempuan yang baru
sekali saja menatap matamu. Tapi, mungkin jika keajaiban membuatmu bisa membaca tulisan ini,aku hanya ingin bilang; tolong jangan tertawa membaca setiap kalimatnya.

Di sini, aku menjadi diriku yang sebrnarnya tak pernah kaukenal.
Dalam tulisanku, aku mengundang kamu masuk, membiarkan kamu abadi dalam setiap abjad dan kalimat.

Mari kita mulai perjalanan ini.

Perkenalan kita terjadi tak dengan tatapan mata ataupun jabatan tangan. Aku sering melihatmu dilayar kaca.

Senyummu membawa sesuatu yang berbeda dalam hari-hariku. Kamu menjelma menjadi sosok yang sangat penting, yang tak ingin kulewati setiap berita dan kabarnya.

Aku memang meletakkan perhatianku sepenuhnya untukmu dan kamu memang selalu berhasil merenggut rasa penasaranku.

Kutunggu kamu dalam setiap acara televisi, kunikmati caramu berkomentar di berbagai media.

Kucumbu kamu dalam bayang-bayang semu, dimimpiku, kamu
begitu nyata dan bernyawa, bisa kusentuh dan kugenggam jemarinya.

Dalam bayangan, kamu bisa kubentuk menjadi sosok yang hangat, yang tak akan pergi dan terus kutahan di sini dihatiku.

Tuan, apakah kauingin tahu?
Di hatiku, kamu sudah jadi segalanya. Di otakku, kamu menjadi senyawa yang mengingat dan menjerat.

Aku tak tahan lagi hanya sekadar mengamatimu dari depan layar kaca. Kuputuskan mengejarmu dan kucuri waktu untuk bisa menemuimu.

Sampai pada suatu ketika, kita memang bertemu. Kamu dengan kemeja putih dan wajah yang bersinar. Kunikmati tubuhmu yang benar-benar tubuhmu, bukan yang sekadar video bergambar di televisi ataupun youtube.

Kucuri senyummu yang sejak tadi menggantung di bibirmu. Kudekati kamu saat acara usai, kurasakan sentuhan jemarimu turut menyentuh jemariku.

Aku tidak bernapas rasanya. Pada akhirnya, jemari kita saling
menggenggam, walaupun aku harus berjibaku dengan ratusan orang yang mencintaimu.

Sungguh, aku merasa sangat kecil, terlalu banyak orang yang mencintaimu hingga perhatianku seakan tak terlihat dan tenggelam.

Setiap malam, kureka wajahmu dalam angan. Kamu kembali menjadi sosok magis yang tak mau hilang dari ingatan.

Ah, aku menyesali perasaanku sendiri. Aku memang begini, selalu
mencintai banyak hal setengah mati dan ketika benci bisa begitu sepenuh hati membenci.

Tuan, semoga kamu tak bosan membaca surat cintaku yang entah keberapa. Surat yang kukirim tidak ke alamat yang jelas, surat yang tak akan pernah sampai di depan pintu rumahmu, surat
yang tetap hanya akan tertulis; dibaca tanpa digubris.

Di surat kesekian ini, aku, pengagummu yang pengecut, ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Tetaplah jadi yang istimewa di balik sosokmu yang sederhana. Dan, satu lagi, tolong jangan tertawa ketika membaca ini; aku mencintaimu.

*Untuk orang nomor satu di Jakarta,
sosok yang tak pernah berhenti tersenyum, sosok yang begitu nyata dalam khayalan saya, Joko Widodo.*

Tulisan dwitasari

Sunday, December 8, 2013

Untuk kamu, detik itu

Detik yg berlalu adalah masa yg melesat begitu jauh mengitari bukit-bukit rasa.

Ada rindu yg membaur dalam gelak tawa, desah manja, butir-butir bening air dari bibir mata, juga penantiaan yg mengingat diri pada tepian luka.

Ini kepingan detik :

Detik pertama, aku coba belajar mengeja namamu.

Detik kedua, aku uji yakin untuk kamu.

Detik ketiga, ku timang rindu satu persatu.

Detik keempat, cintaku berdetak dinadimu.

Dan seterusnya, detiku dilipat waktu menunggu rengkuh jemarimu tautkan hati kita, satu.

Dan yang ini, aku cinta kamu detik itu.

#emka 

Tolong akui


Terkadang suka acapkali tertusuk duka, jatuhkan air mata.
Membuat cinta ragu akan segala rasa.

Namun tolong. . .

Tolong, jangan birkan duka mengalahkan kita. menundukan aku yang pernang mengucap setia dihadapan mu dengan bangga.

Menghancurkan segala percayamu, pada kisah yang kita lukis bersama dengan apik.

Akui saja, duka terkadang perlu ada dalam satu hubungan.
Sekedar untuk mengingatkan bahwa perihal cinta bukan hanya tentang tawa dan suka.

Pertengkaran kecil


Aku telah membaca...
Setiap kata yang kamu jadikan kalimat-kalimat pengakuan,
kalimat-kalimat ketidakpuasan, juga
kalimat-kalimat keberatan yang lahir dari hatimu..

Aku mengerti..
Aku sangat mengerti apa yang kamu rasakan....

Tetapi adik...
Sadarkah kamu?

Apa yang kulakukan tak lebih dari sebuah refleksi rasa peduli, cinta dan sayangku kepadamu.

Bukankah navigator yang baik itu adalah ia yang suka mengingatkan, ketika pengemudi mulai keluar lintasan?

Bukan navigator yang selalu diam ketika pengemudi keluar lintasan.
Itu yang kulakukan..

Aku berusaha menjadi navigator yang membantumu menapaki setiap perjalanan hidupmu..

Ingat dik..
Untuk apa kita bertahan dalam kubangan lumpur?
Sedangkan kita punya kesempatan untuk naik, bangkit berdiri dari keterpurukan.

Aku hanya ingin membantu mengulurkan tangan untuk meraihmu.

Tapi, mengapa justru kau salah artikan hal itu?

Ingat dik,
Yang berbeda belum tentu baik.
Tapi yang baik, ia tentu berbeda.

Tak pernah aku merasa lebih baik..
Tak pernah aku merasa puas akan pencapaian yang kuraih..

Aku hanya ingin kesalahan yang kulakukan di waktu lalu..
Tidak kau lakukan di masa kini..

Aku tak ingin itu!
Kau mampu bisa jadi lebih baik dari siapapun..

Aku yakin itu..
Tapi, semua itu akan jauh lebih mudah kau lakukan.
Jika ada seseorang yang mengingatkan.

Mengingatkan kamu, ketika kamu keluar lintasan perjalanan hidup yang semestinya kau tapaki.

Bukankah begitu?
Dari hati terdalam.
Aku mengantarkan maaf.
Untukmu,

Untuk setiap salah yang kuperbuat..
Untuk setiap kata yang tak semestinya kuucapkan..

Aku sayang kamu, adikku..

*pertengkaran kecil mas aih*

Saturday, December 7, 2013

Esok lusa atau entah hari nanti

*aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai. Tapi aku tetap berdiri*

Untuk kamu yang terus tertikam asmara, untuk kamu yang terus memeluk kesendirian, menyesakan rongga dada dengan puluhan penyesalan.

Hentikanlah semua itu mulai dari sekarang, hidup bukan hanya tentang penyesalan.

Mungkin hari ini memang waktunya kita terjatuh, terluka, bahkan terperosok hingga sulit untuk bangkit.

Tapi percayalah esok lusa atau entah hari nanti, kita akan berbahagia.

memasang simpul senyum atas keberhasilan yang sama-sama kita upayakan.

Mulailah berbesar sabar, atar segala rencana tuhan yang diberikan.